"North
America, South America, Europe, Asia, Australia, Africa, and Antartica. Seven
continents gather together as one and form a beautiful living place for billion
of people in the world.
Thus, the
mankind in it has to be gathered together and make peace for the lovely place
we are in."
Bayangin
aja narasi itu lagi dibacain sama Morgan Freeman dengan intonasi beliau yang
mampu ngebawa kita, terutama saya, ke dalam suasana yang diinginkan.
Serasa
jadi aktor di dalam film The Shawshank Redemption, deh.
Cus!
Eh
bedeweih, sebelum saya menyampaikan maksud narasai di atas, saya mau cerita
tentang The Shawshank Redemption aja deh dulu.
Abis
ngebahas Morgan Freeman siiih, jadi inget film baheula itu.
Photo's taken from here
Fear can hold
you prisoner. Hope can set you free.
First
line di film itu. Mungkin pas baca kalimat tersebut, secara garis besar udah
bisa tahu ini film tentang apa.
Ya,
tentang melepaskan ketakutan atas segala hal dan perjuangan mempertahankan
hidup serta harapan untuk terus menjadi lebih baik.
Saya
tidak akan menuliskan plot/alur cerita film itu di sini. Kalian bisa cari
sendiri di Wikipedia atau IMDb.
Malahan
di Rotten Tomatoes film ini dapat rating 90 dan IMDb ngasih rating 9.3 dari 100
point.
Susah
lo dapetin rating 80 ke atas, apalagi dari Rotten Tomatoes.
Kalo
sampe ada film yang ratingnya tinggi, sudah pasti worth it to watch. Semacam a
must to see gitu.
Saya
meng-iya-kan jika ada yang bertanya apakah film ini memang benar-benar wow
seperti ratingnya.
Saya
sudah menonton film ini lebih dari 3 kali, dan perasaan saya selalu sama untuk
film ini; terharu, bahagia, sedih, campur aduk. Saya merasakan tekanan yang
begitu kuat dari film ini.
Saya
bisa merasakan kebahagian dan rasa lega, pun, di film ini.
Saya
merasa terbawa oleh setiap suasana di film ini.
Thanks to
Frank Darabont as the Director and Screenwriter-nya.
You made it,
Sir!
And thanks to Morgan
Freeman sebagai pembawa suasana dengan narasi-narasi yang dibawakannya. Saya
suka dengan semua narasi beliau: epik!
Tim
Robbins sebagain Andy Dufrense, tokoh sentral di film ini. Oom Robbins sungguh
brilian memerankan Andy.
Saya
terus terkesima di setiap kata dan selipan cerita sedih yang keluar dari
mulutnya. Senyumnya menawan. Matanya mampu menggantikan kata yang tak terucap.
Hanya
dari tatapan mata, beliau mampu menggerakkan rasa simpati di dada.
(Eeeaaaa)
Kita
tidak bisa meninggalkan tokoh-tokoh lain yang ikut berperan menghidupkan film
terbaik sepanjang masa ini.
Ada
James Whitmore yang berperan sebagai Brooks Hatlen, penghuni Shawshank yang
hampir seumur hidupnya dihabiskan di sana. Beliau jadi librarian di
perpustakaan kecil tak terurus di Shawshank yang kemudian diubah Andy jadi
perpustakan komplit yang cukup mewah.
Namun,
saya rada kecewa, dan saya memang terbawa suasana sedih yang menandakan bahwa
lagi-lagi Frank Darabont berhasil membuat perasaan saya tak karuan. Tentunya,
dengan akting nan ringkih oleh kakek Brooks yang semakin membuat saya terbawa
suasana.
Airmata
saya tidak jatuh ketika Andy disodomi oleh The Sisters, atau ketika Andy
akhirnya bebas dari Shawshank dengan cara merangkak dikubangan kotoran manusia
sepanjang lebih dari setengah mil, pun saya tidak menangis terharu. Meskipun
getaran-getaran haru memang ada.
Yang
membuat saya menangis malah adegan bunuh diri kakek Brooks dengan cara gantung
diri. Tragis sekali. Sungguh!
Kemudian
Gill Bellows yang berperan sebagai Tommy Williams. Meksipun Tommy tidak terlalu
berperan besar dalam film ini, tapi saya suka karakter yang dia perankan. Bukan
tentang dia yang memiliki kelakuan buruk dan buta huruf. Bukankah semua orang
dipenjara memang 'dianggap' buruk dan bersalah? Namun, semua orang memiliki
sisi baik.
Saya
menemukan sisi itu pada diri Tommy ketika dia dengan berani menceritakan
tentang pembunuh istri Andy yang sebenarnya ketika dia dan pembunuh berada dalam
satu sel.
Dan
yang terkahir, tetapi bukan pemeran terakhir, William Sadler sebagai Heywood. Muscle man yang rada uneducated dan mulutnya sampah bener.
Kata-katanya terkadang kelewat ngga sopan, tapi dia yang bikin suasana di
penjara jadi rada santai dan terkesan lucu.
Afterall, saya sangat
suka film The Shawshank Redemption.
Tentunya
Forest Gump and Rain Man juga wajib ditonton.
Namun,
dari semua film, terutama yang drama, saya lebih suka The Shawshank Redemption.
Saya
tidak terlalu ahli dalam film drama, passion saya yang sebenarnya ada di dalam
film action.
A letter from
Andy to Red : "Remember Red, hope is a good thing, maybe the best of
things, and no good thing ever dies."
Words from
Andy to Red describing about his ex-deceased-wife : "She was beautiful.
God I loved her. I just didn't know how to show it, that's all. I killed her,
Red. I didn't pull the trigger, but I drove her away. And that's why she died,
because of me."
Red to Andy :
"Get busy living, or get busy dying."
Photo's taken from here
Akhirnya
selesai sudah intremezzo saya tentang The Shawshank Redemption.
Panjang,
ya? Jangan kebosenan dong!
"Hampir
aja kita mati kebosenan gara-gara baca tulisan kamu, Princess."
Iya
deh sorry.
Sekarang
saya akan melanjutkan postingan yang sebenarnya.
"North
America, South America, Europe, Asia, Australia, Africa, and Antartica. Seven
continents gather together as one and form a beautiful living place for billion
of people in the world.
Thus, the
mankind in it has to be gathered together and make peace for the lovely place
we are in."
Kenapa
saya nulis kata-kata di atas?
Saya
mau keliling dunia! Jadi, sebelum saya memulai penjelajahan saya, ada baiknya
saya mengetahui dulu bagian-bagian bumi. Benua-benua yang mengelilingi dan
membentuk bumi.
Ah!
Kenapa
saya nulis kata-kata bercetak miring di atas?
Ingin
mengelilingi dunia dan berbagi cerita kepada kalian tentang beberapa teman saya
yang menghuni masing-masing dari benua tersebut.
"Trus,
kita harus ngapain kalo tahu kamu punya teman di luar negri? Harus
guling-guling sambil gigitin marmer, gitu? Ngga penting lah ya. Kita ngga harus
tahu tentang pertemanan kamu, Princess."
Masya
Allah ini makhluk resek nya udah level dewa!
Udah
deh ah! Ngga usah ngebacot dan banyak komentar.
Ini
blog saya. Ini dunia saya. Ini cerita saya. Jangan bikin ribet deh. Dibaca aja,
ngga usah ngemeng.
Bukan
bermaksud untuk sok-sok-an gaul, tapi saya merasa perlu untuk menambah teman.
Teman dari berbagai belahan dunia.
Selain
punya banyak temen, saya juga mau meningkatkan ingglisy saya yang rada-rada
ngga bener.
Kan penting tuh sekarang bahasa ingglisy. Saya juga mau ikutan kayak orang-orang
yang sepik ingglisy. Semacam Agnezmo yang keren badai sepiknya. Cas cis cus
ces, gitu.
Pencarian
teman berbahasa ingglisy saya mulai dari 'Merica.
Negara
Adidaya, superpower.
*Go
go Power Rangers*
Di
'Merica saya banyak nemu temen dengan berbagai karakter, dari yang pervert
sampe yang kaku.
Mereka
juga kebanyakan pada ramah-ramah, meskipun akhirnya bisa minta saya buat telanjang di
depan kamera.
Kalo
udah begitu, saya langsung diemin deh. Besok-besok juga udah ngga temenan lagi.
Males
banget dong ya sama otak mesum begitu. Kenal baru seminggu, udah minta sex chat
aja.
Saya
hanya akan telanjang untuk suami saya. PRINSIP.
Namun,
saya juga nemu temen yang benar-benar menghargai saya dan sampai sekarang ngga
minta saya buat naked di depan kamera.
Saya
pancing deh suatu hari sama pertanyaan, "Why
don't you ask me to be naked on the camera. Don't you guys usually ask girl to
do that stuffs?"
Trus
dia bales gini, "Not all of us. I don't
force girls to do that stuffs. They'll do it with their heart."
Doh!
Gimana dong ini, saya mau nangis baca balesan doi.
"Dasar
Drama Queen. Cengeng!"
Memang,
sampai kapanpun saya tidak akan naked di depan kamera. Saya hanya akan
telanjang di hadapan suami saya. Suami yang sah di mata agama dan hukum. Halal.
Ada
4 orang 'Merica yang sekarang temenan sama saya udah hampir 7 bulan lebih tanpa
pernah mengeluarkan statements atau perkataan kotor tentang toket, sex, atau
telanjang.
Thanks God!
Si
Chris, dan Nathan, yang sekarang lost
contact karena kesibukan mereka bekerja dan belajar.
Yang
dua lagi adalah Steve dan Jo. Dua Latina Boys ini sudah lumayan lama saya
kenal, terutama Steve.
Meskipun
bahasa ingglisy kami kadang rada ngga nyambung karena Steve tidak terlalu
mengerti ingglisy, dan saya terkadang tidak mengerti apa yang dia katakan.
Malahan
dia menggunakan Spanish dan menyuruh saya untuk mengartikannya sendiri.
Selama
berteman dengan Steve, Google Translate adalah media yang sangat membantu.
Spanish?
Yang bener aja!
Ingglisy
saya aja belum bener, mau bahasa Spanyol lagi?
Oh,
God!
Entah
mengapa, kami tetap mengerti satu sama lain meskipun terkendala bahasa.
Steve
adalah orang yang sangat terbuka, bahkan tentang keluarga dan orientasi
seksnya. Saya sering dikirimi photo-photo dia bersama keluarga dan kekasihnya.
Well, saya bisa
tahu kalau Steve memang terobsesi menjadi bintang. Model.
Dia
senang sekali berpose.
Dia
bilang, "I sent every photos I took
to all of my friends."
Saya
merasa tidak terlalu spesial ketika dia mengirimkan pesan itu.
*Mulai
lagi. Kumat!!!*
Jadi,
Steve ini semacam cowok yang sedang membangun mimpinya. Sebelum benar-benar
jadi model terkenal, dia memperkenalkan diri kepada teman-temannya diberbagai
belahan dunia.
Followers
doi di twitter juga lebih banyak dari following-nya.
Setiap
twit doi berisi photo-photo doi.
Saya
sih santai aja. Sejauh ini Steve memang cowok Latin yang enak diajak sharing,
terutama tentang cerita-cerita dia.
Well, saya memang
lebih suka mendengarkan.
Menurut
saya sih orang-orang 'Merica hampir semuanya ramah.
Namun,
terkadang, ada udang di balik batu. Keramahan itu kadang-kadang cuma tameng
doang buat rencana selanjutnya: menuhin napsu dan hasrat jorok mereka.
Untungnya sejauh ini 'Merica pipel yang saya kenal baik-baik semua kok.
Hati-hati
aja, jangan terlalu percaya kalo baru kenal.
Apalagi
mau disuruh macam-macam sama mereka.
Ngga
semua orang baik, ngga semua orang jahat.
Pick wisely.
Etapi
lah ya, Indonesia masih tetap yang paling ramaaaaah!
Trus
Asians. Saya ngga terlalu kesulitan nyari temen di Asia. Uzbekistan, The
Philippines, Thai, Vietnam, China, Japan, Korea, Malaysia, Brunnei.
Pokoknya
kalo sesama Asia mungkn lebih mudah buat bond
a friendship.
Dari
Uzbek saya nemu satu cowok yang rada show-off,
tapi ramah dan open-minded.
Namanya Jav, dan mukanya Chinese banget. Dia ngakunya ngga ada darah Chinese,
dan tulen Uzbek.
Pertama
kali denger kata Uzbek, saya membayangkan negara dengan perempuan-perempuannya
yang cantik.
Mungkin
kalo di 'Merica, ada Latina Girls yang juga cantik-cantik.
Jav
sangat baik dalam berbahasa ingglisy. Saya banyak belajar dari dia tentang
bahasa ingglisy. Terakhir saya tahu ternyata dia kuliahnya ngambil Philology
of English. Pantes lah ya ingglisy nya rada-rada expert gitu.
Moodnya
sangat cepat berubah. Sekarang bersemangat cerita, 20 menit kemudia dia sudah
kehilangan moodnya. Namun, hal itu tidak menghalangi saya dan dia mengenal satu
sama lain.
Cerita
lebih banyak berasal dari dia. Saya lebih dominan sebagai pendengar, yang baik.
Di
Filipina saya punya Jeff.
Kuya
satu itu hobinya ekstrim banget. Suka melihara predator, dan berbagai binatang
mengerikan lainnya; ular, kadal, tokek, kalajengking, tarantula, dan masih
banyak lagi.
Dari
China, Macau, dan Hongkong saya punya temen, York, Jeffrey, dan Ali.
Mereka
semua enak diajak ngobrol tentang hal apapun. Easy going, dan kita sering bertukar cerita.
Jeffrey
will be in Indonesia this July or
December. At least, that was he said to me.
Semoga
saja saya bisa bertemu dengan Jeff.
Di
Malaysia ada si Ekel, yang saya kenal beberapa tahun yang lalu. Dia lahirnya di
Indonesia, tapi kuliah di Malaysia.
We always
have things to talk about, dan kalo udah video call bisa berjam-jam sampe tengah malam,
pernah juga sampai jam 3 subuh.
Padahal
cuma ketawa-ketiwi doang di depan layar, tapi tetep asik.
Kalo
chat apalagi, makin menggila.
Kita
bisa ngomongin banyak hal. Mungkin karena kita menggunakan Bahasa Indonesia,
jadi lebih konek.
Dia
memang supel, semua cerita selalu berawal dari dia.
Tentang
sekolah, kuliah, dan pacar.
And I like
him.
Yang
terakhir dari Brunnei ada Imi. Saya memanggil dia adik karena umurnya yang baru
16 tahun. Badannya besar sekali.
Namun,
saya suka ketika dia bercerita tentang hari-harinya di sekolah.
Dia
terkadang suka trolling.
Di Jepang ada si Jime yang
rada-rada intropert, tapi kadang bisa sangat hyper-talk kalo dia lagi bosen.
Tampangnya lucu; rambut ikal,
badan kurus, dan gigi-gigi kelinci yang rada maju. Kerjaannya ketawa melulu,
sampe saya terkadang ngga ngerti dia lagi ngomong apa.
Trus, ada Sumin sama Dera dari
Korea. Pasang kekasih ini sudah saya anggap kakak sendiri.
Sumin lebih sensitif dari Dera,
padahal dia yang cowoknya. Sering banget curhat tentang Dera dan rencana mereka
buat nikah.
Menghabiskan waktu setiap minggu
bersama, entah belajar bareng atau pergi ke cafe.
Especially
for Japan and Korea, saya rada kesulitan nemu orang-orang yang bisa diajak ngobrol.
Mungkin karena mereka ngga terlalu ngerti ingglisy, atau memang karena mereka
tertutup.
Berharap
sih bisa nemu temen dari Korea Utara, which
is impossible. Muahahahahah....
Namun,
yasudahlahya, yang penting saya nemu beberapa orang yang nyambung kalo diajak
ngobrol.
Dan
dari seluruh Asians itu, saya paling deket sama Sumin, Jeff and Ekel.
Mereka
itu semacam kakak-kakak yang lucu buat saya.
Apalagi Sumin, pemalu banget tapi bisa dengan sangat berapi-api bercerita tentang Dera
dan keseharian doi yang katanya agak-agak membosankan.
Berpindah
ke Benua lain, Eropah!
Ada
Lissa dari UK.
Sahabat
pertama saya dari Eropah, terutama UK.
Saya
rasa kebanyakan orang UK itu kaku BANGET!
Orang
Eropah deh pokoknya.
KAKU!
Kalo
saya bilang sombong, mungkin salah.
Karena,
toh, akhirnya saya bisa sangat dekat dengan Lissa.
Jadi,
saya menyimpulkan bahwa orang-orang Eropah itu kaku banget yang akhirnya bikin
mereka kayak orang-orang sombong yang arrogant.
Padahl,
ngga. Mungkin juga iya.
Adadeh
saya nemu beberapa yang memang bener-bener arrogant yang mana sangat saya
benci.
Saya
tidak suka orang arrogant, padahal saya tahu berlaku sombong dan arrogant itu
adalah hak mereka.
Dan,
tidak menyukai orang arrogant adalah hak saya.
Jadi,
masing-masing kita memiliki hak.
Go on with
your rights, guys!
Lissa,
pada awalnya memang suka sekali dengan orang Asia. Dia suka dengan keramahan
orang Asia, dan dia ingin memiliki pasangan hidup dari Asia.
Motivasi
ini yang membuat saya dan Lissa tidak terlalu sulit untuk berkomunikasi dan
mengerti satu sama lain. Meskipun, suatu waktu dia bisa sangat kaku dan
percakapan kami menggantung, lalu terhenti.
Eropah
adalah benua idaman saya, terutama London dan Yunani.
Saya
sudah memiliki Lissa, tapi sangat sulit mendapatkan teman dari Yunani.
Entahlah,
sampai sekarang saya belum menemukan kesempatan untuk berteman dengan Greek.
Ayolah,
doakan saya supaya bisa menemukan seorang Yunani yang bisa menjadi sahabat
saya. Seakrab hubungan saya dengan Lissa.
Kemudian,
mari kita menjelajah Ostrali sama Africa.
Saya
tidak menemukan teman di Ostrali. Entahlah!
Saya
tidak mengerti. Setiap kali saya mencari Ostralian pipel, selalu saja nihil.
Bukan
karena mereka ngga melek internet, mungkin mereka malah sophisticated sekali.
Saya
aja ngga ngerti kenapa sampe sekarang belum nemu bule Ostrali yang mau dijadiin
temen. Mungkin karena saya jarang 'berkunjung' dan 'menjelajahi' Ostrali, jadi
saya susah nemu orang-orang sana.
Mungkin
bisa dibilang kalo saya belum berjodoh dengan Ostralian pipel.
Trus,
ada benua Afrika. Kalo ngga salah tetangga benua Asia, ya?
"Dih!
Sok tahu deeh! Asia-Afrika dihubungkan (atau dipisahkan?) oleh Isthmus of Suez, Princess. Trus Egypt
juga sebagai negara transkontinental. Jadi, sebagian Egypt ada di Asia,
sebagian lagi ada di Afrika. Keren, ngga tuh? Kebagi-bagi."
Masa
sih? Kok saya baru tahu?
Kayaknya
dulu pas pelajaran Geografi saya bolos mulu sampe ngga tahu tentang hal ini.
Mak,
Pak, daku menyesal. Kuciwa daku, kuciwa pada diri sendiri.
Maafkan
Adinda, wahai Ayahanda dan Ibunda.
Okaydeh!
Jadi, balik lagi ke Benua Afrika yang dihubungkan (atau dipisahkan?) oleh Isthmus of Suez dengan Asia. Di Benua
yang dikenal sebagai negara orang kulit hitam ini, saya nemu satu temen dari
Morocco. Saya biasa manggil dia Mar.
Mar
ini pinter, nilainya juga bagus-bagus di sekolah tapi kadang he is easily to be fooled. Bukan dibodohin yang gimana-gimana juga,
tapi dia ini ngga tegaan, dan sensitif banget.
Apapun
yang dibicarain akhirnya pasti main perasaan. Malah kadang dia yang suka
ngambek sendiri kalo ada kata-kata saya yang ngga sesuai sama perasaan dia.
Saya
sih awalnya rada ke distracted gitu
sama sifat Mar ini, tapi lama-lama saya bisa berdamai dengan segala sifat dia
yang kadang bisa bikin ngakak, kadang juga bikin kesel.
Saya
hampir mengira dia homo, lalu kemudian dia ngomong kayak gini, “Aku lagi fokus kuliah, lagi fokus ngerjain skripsi. Ngga mikirin tentang pacaran. Lagian
habis lulus kuliah, aku mau langsung cari kerja. Kalo udah dapet kerja, aku mau
langsung nyari bini. Lebih baik yang halal, daripada pacaran-pacaran ngga
karuan.”
Etdah,
padahal saya sih tahu aja dia kerjaannya main games di facebook. Mungkin lebih
banyak main-mainnya, daripada belajarnya. Namun, kebanyakan dari orang jenius
memang sedikit belajar yang bener-bener baca buku. Otak cemerlang yang selalu
bisa jawab soal test dengan nilai tinggi tanpa banyak belajar memang anugerah.
Dan
semenjak HP si Mar rusak total, kita jadi jarang berhubungan. Biasanya sih kalo
dia yang kangen sama saya, dia yang nge-message saya duluan di facebook.
*Iya,
saya memang ngangenin*
Pesan
si Mar di facebook juga jarang banget saya bales. Facebook saya sekarang sudah
tidak terjamah lagi. Dulu aja, lagi jaman-jamannya twitter belum booming,
facebook adalah teman setia saya. Setiap hari akan ada sampah-sampah saya
bertebaran di timeline temen-temen facebook saya. Eh, sekarang malah ngga gitu
lagi. Twitter pun sudah tidak terlalu apdet.
Akhirnya,
saya dan Mar agak-agak kehilangan koneksi satu sama lain karena media yang
menghubungkan kami dulu sudah rusak.
Namun,
untuk tetap menjaga tali persaudaraan sesama makhluk hidup, kurang lebih
sebulan sekali saya message di facebook dia menanyakan kabar.
Ah!
Mar, tiba-tiba saya kangen debat sama kamu. Ngetawain wajah kamu yang
cemberut, dan betapa sentimen serta sensitifnya dirimu.
Cepat
perbaiki handphone dan komputer mu, agar kita bisa terkoneksi lagi.
Terkahir,
benua Antartika. Saya memiliki sahabat karib yang tinggal di Antartika. Namun,
karena masalah jaringan dan berbagai hal, akhirnya kami mengakhiri hubungan
persahabatan kami yang terbina bertahun-tahun lamanya, dan memutuskan untuk
menjalani kehidupan masing-masing sesuai dengan kodrat yang telah ditentukan.
Cau,
Berry! Semoga kita bertemu di dunia lain.
Yah,
andai budget liburan ke luar negri itu murah meriah kayak harga kacang, mungkin
saya sudah mengunjungi seluruh teman saya yang ada di berbagai negara itu.
Sounds sooo
good!
Namun, saya tetap menggenggam mimpi saya. Entah kapan, tapi saya yakin bahwa suatu hari saya akan mengelilingi dunia.
Amin...
Sebenarnya
saya ingin cerita lebih banyak lagi tentang hubungan benang pertemenan antara
saya dan orang-orang luar yang unik-unik itu, tapi karena tangan dan jari
jemari ini sungguh pegal, jadi saya pending dulu kisahnya dan cukup bagi kalian
untuk membaca sampah tidak penting ini sampai segini aja.
Note
: Harap maklum jika di awal-awal saya begitu bersemangat menulis dan hampir
setiap hari tulisan saya nampang di blog ini. Percayalah! Itu hanya semangat
sementara yang berkobar begitu membara. Dua minggu setelah ini mungkin
postingan saya akan begitu jarang terdisplay di blog ini. Mungkin beberapa
bulan sekali baru akan menulis.
Namun,
saya juga tidak bisa memastikan kapan semangat ini akan pudar, kapan akan
membara kembali. Yah, doakan saja semoga semangat menulis saya terus berkobar!
“Hoaahmmm…
Udah selesai ya ceritanya? Duh, kita ketiduran. Sorry banget yah! Abis
ceritanya panjang bener, ngebosenin lagi!”
Bener-bener
sialan!
No comments:
Post a Comment