Thursday 24 January 2013

7 Continents Only for Me


"North America, South America, Europe, Asia, Australia, Africa, and Antartica. Seven continents gather together as one and form a beautiful living place for billion of people in the world.
Thus, the mankind in it has to be gathered together and make peace for the lovely place we are in."

Bayangin aja narasi itu lagi dibacain sama Morgan Freeman dengan intonasi beliau yang mampu ngebawa kita, terutama saya, ke dalam suasana yang diinginkan.
Serasa jadi aktor di dalam film The Shawshank Redemption, deh.
Cus!

Eh bedeweih, sebelum saya menyampaikan maksud narasai di atas, saya mau cerita tentang The Shawshank Redemption aja deh dulu.
Abis ngebahas Morgan Freeman siiih, jadi inget film baheula itu.

 Photo's taken from here

Fear can hold you prisoner. Hope can set you free.

First line di film itu. Mungkin pas baca kalimat tersebut, secara garis besar udah bisa tahu ini film tentang apa.
Ya, tentang melepaskan ketakutan atas segala hal dan perjuangan mempertahankan hidup serta harapan untuk terus menjadi lebih baik.
Saya tidak akan menuliskan plot/alur cerita film itu di sini. Kalian bisa cari sendiri di Wikipedia atau IMDb.
Malahan di Rotten Tomatoes film ini dapat rating 90 dan IMDb ngasih rating 9.3 dari 100 point.
Susah lo dapetin rating 80 ke atas, apalagi dari Rotten Tomatoes.
Kalo sampe ada film yang ratingnya tinggi, sudah pasti worth it to watch. Semacam a must to see gitu.
Saya meng-iya-kan jika ada yang bertanya apakah film ini memang benar-benar wow seperti ratingnya.
Saya sudah menonton film ini lebih dari 3 kali, dan perasaan saya selalu sama untuk film ini; terharu, bahagia, sedih, campur aduk. Saya merasakan tekanan yang begitu kuat dari film ini.
Saya bisa merasakan kebahagian dan rasa lega, pun, di film ini.
Saya merasa terbawa oleh setiap suasana di film ini.

Thanks to Frank Darabont as the Director and Screenwriter-nya.
You made it, Sir!
And thanks to Morgan Freeman sebagai pembawa suasana dengan narasi-narasi yang dibawakannya. Saya suka dengan semua narasi beliau: epik!
Tim Robbins sebagain Andy Dufrense, tokoh sentral di film ini. Oom Robbins sungguh brilian memerankan Andy.
Saya terus terkesima di setiap kata dan selipan cerita sedih yang keluar dari mulutnya. Senyumnya menawan. Matanya mampu menggantikan kata yang tak terucap.
Hanya dari tatapan mata, beliau mampu menggerakkan rasa simpati di dada.
(Eeeaaaa)

Kita tidak bisa meninggalkan tokoh-tokoh lain yang ikut berperan menghidupkan film terbaik sepanjang masa ini.
Ada James Whitmore yang berperan sebagai Brooks Hatlen, penghuni Shawshank yang hampir seumur hidupnya dihabiskan di sana. Beliau jadi librarian di perpustakaan kecil tak terurus di Shawshank yang kemudian diubah Andy jadi perpustakan komplit yang cukup mewah.
Namun, saya rada kecewa, dan saya memang terbawa suasana sedih yang menandakan bahwa lagi-lagi Frank Darabont berhasil membuat perasaan saya tak karuan. Tentunya, dengan akting nan ringkih oleh kakek Brooks yang semakin membuat saya terbawa suasana.
Airmata saya tidak jatuh ketika Andy disodomi oleh The Sisters, atau ketika Andy akhirnya bebas dari Shawshank dengan cara merangkak dikubangan kotoran manusia sepanjang lebih dari setengah mil, pun saya tidak menangis terharu. Meskipun getaran-getaran haru memang ada.
Yang membuat saya menangis malah adegan bunuh diri kakek Brooks dengan cara gantung diri. Tragis sekali. Sungguh!
Kemudian Gill Bellows yang berperan sebagai Tommy Williams. Meksipun Tommy tidak terlalu berperan besar dalam film ini, tapi saya suka karakter yang dia perankan. Bukan tentang dia yang memiliki kelakuan buruk dan buta huruf. Bukankah semua orang dipenjara memang 'dianggap' buruk dan bersalah? Namun, semua orang memiliki sisi baik.
Saya menemukan sisi itu pada diri Tommy ketika dia dengan berani menceritakan tentang pembunuh istri Andy yang sebenarnya ketika dia dan pembunuh berada dalam satu sel.
Dan yang terkahir, tetapi bukan pemeran terakhir, William Sadler sebagai Heywood. Muscle man yang rada uneducated dan mulutnya sampah bener. Kata-katanya terkadang kelewat ngga sopan, tapi dia yang bikin suasana di penjara jadi rada santai dan terkesan lucu.

Afterall, saya sangat suka film The Shawshank Redemption.
Tentunya Forest Gump and Rain Man juga wajib ditonton.
Namun, dari semua film, terutama yang drama, saya lebih suka The Shawshank Redemption.
Saya tidak terlalu ahli dalam film drama, passion saya yang sebenarnya ada di dalam film action.

A letter from Andy to Red : "Remember Red, hope is a good thing, maybe the best of things, and no good thing ever dies."

Words from Andy to Red describing about his ex-deceased-wife : "She was beautiful. God I loved her. I just didn't know how to show it, that's all. I killed her, Red. I didn't pull the trigger, but I drove her away. And that's why she died, because of me."

Red to Andy : "Get busy living, or get busy dying."

Photo's taken from here


Akhirnya selesai sudah intremezzo saya tentang The Shawshank Redemption.
Panjang, ya? Jangan kebosenan dong!

"Hampir aja kita mati kebosenan gara-gara baca tulisan kamu, Princess."

Iya deh sorry.
Sekarang saya akan melanjutkan postingan yang sebenarnya.

"North America, South America, Europe, Asia, Australia, Africa, and Antartica. Seven continents gather together as one and form a beautiful living place for billion of people in the world.
Thus, the mankind in it has to be gathered together and make peace for the lovely place we are in."

Kenapa saya nulis kata-kata di atas?
Saya mau keliling dunia! Jadi, sebelum saya memulai penjelajahan saya, ada baiknya saya mengetahui dulu bagian-bagian bumi. Benua-benua yang mengelilingi dan membentuk bumi.
Ah!

Kenapa saya nulis kata-kata bercetak miring di atas?
Ingin mengelilingi dunia dan berbagi cerita kepada kalian tentang beberapa teman saya yang menghuni masing-masing dari benua tersebut.

"Trus, kita harus ngapain kalo tahu kamu punya teman di luar negri? Harus guling-guling sambil gigitin marmer, gitu? Ngga penting lah ya. Kita ngga harus tahu tentang pertemanan kamu, Princess."

Masya Allah ini makhluk resek nya udah level dewa!
Udah deh ah! Ngga usah ngebacot dan banyak komentar.
Ini blog saya. Ini dunia saya. Ini cerita saya. Jangan bikin ribet deh. Dibaca aja, ngga usah ngemeng.


Bukan bermaksud untuk sok-sok-an gaul, tapi saya merasa perlu untuk menambah teman. Teman dari berbagai belahan dunia.
Selain punya banyak temen, saya juga mau meningkatkan ingglisy saya yang rada-rada ngga bener.
Kan penting tuh sekarang bahasa ingglisy. Saya juga mau ikutan kayak orang-orang yang sepik ingglisy. Semacam Agnezmo yang keren badai sepiknya. Cas cis cus ces, gitu.

Pencarian teman berbahasa ingglisy saya mulai dari 'Merica.
Negara Adidaya, superpower.
*Go go Power Rangers*
Di 'Merica saya banyak nemu temen dengan berbagai karakter, dari yang pervert sampe yang kaku.
Mereka juga kebanyakan pada ramah-ramah, meskipun akhirnya bisa minta saya buat telanjang di depan kamera.
Kalo udah begitu, saya langsung diemin deh. Besok-besok juga udah ngga temenan lagi.
Males banget dong ya sama otak mesum begitu. Kenal baru seminggu, udah minta sex chat aja.
Saya hanya akan telanjang untuk suami saya. PRINSIP.
Namun, saya juga nemu temen yang benar-benar menghargai saya dan sampai sekarang ngga minta saya buat naked di depan kamera.
Saya pancing deh suatu hari sama pertanyaan, "Why don't you ask me to be naked on the camera. Don't you guys usually ask girl to do that stuffs?"
Trus dia bales gini, "Not all of us. I don't force girls to do that stuffs. They'll do it with their heart."
Doh! Gimana dong ini, saya mau nangis baca balesan doi.

"Dasar Drama Queen. Cengeng!"

Memang, sampai kapanpun saya tidak akan naked di depan kamera. Saya hanya akan telanjang di hadapan suami saya. Suami yang sah di mata agama dan hukum. Halal.


Ada 4 orang 'Merica yang sekarang temenan sama saya udah hampir 7 bulan lebih tanpa pernah mengeluarkan statements atau perkataan kotor tentang toket, sex, atau telanjang.
Thanks God!
Si Chris, dan Nathan, yang sekarang lost contact karena kesibukan mereka bekerja dan belajar.
Yang dua lagi adalah Steve dan Jo. Dua Latina Boys ini sudah lumayan lama saya kenal, terutama Steve.
Meskipun bahasa ingglisy kami kadang rada ngga nyambung karena Steve tidak terlalu mengerti ingglisy, dan saya terkadang tidak mengerti apa yang dia katakan.
Malahan dia menggunakan Spanish dan menyuruh saya untuk mengartikannya sendiri.
Selama berteman dengan Steve, Google Translate adalah media yang sangat membantu.
Spanish? Yang bener aja!
Ingglisy saya aja belum bener, mau bahasa Spanyol lagi?
Oh, God!
Entah mengapa, kami tetap mengerti satu sama lain meskipun terkendala bahasa.
Steve adalah orang yang sangat terbuka, bahkan tentang keluarga dan orientasi seksnya. Saya sering dikirimi photo-photo dia bersama keluarga dan kekasihnya.
Well, saya bisa tahu kalau Steve memang terobsesi menjadi bintang. Model.
Dia senang sekali berpose.
Dia bilang, "I sent every photos I took to all of my friends."
Saya merasa tidak terlalu spesial ketika dia mengirimkan pesan itu.
*Mulai lagi. Kumat!!!*
Jadi, Steve ini semacam cowok yang sedang membangun mimpinya. Sebelum benar-benar jadi model terkenal, dia memperkenalkan diri kepada teman-temannya diberbagai belahan dunia.
Followers doi di twitter juga lebih banyak dari following-nya.
Setiap twit doi berisi photo-photo doi.
Saya sih santai aja. Sejauh ini Steve memang cowok Latin yang enak diajak sharing, terutama tentang cerita-cerita dia.
Well, saya memang lebih suka mendengarkan.

Menurut saya sih orang-orang 'Merica hampir semuanya ramah.
Namun, terkadang, ada udang di balik batu. Keramahan itu kadang-kadang cuma tameng doang buat rencana selanjutnya: menuhin napsu dan hasrat jorok mereka.
Untungnya sejauh ini 'Merica pipel yang saya kenal baik-baik semua kok.

Hati-hati aja, jangan terlalu percaya kalo baru kenal.
Apalagi mau disuruh macam-macam sama mereka.
Ngga semua orang baik, ngga semua orang jahat.
Pick wisely.

Etapi lah ya, Indonesia masih tetap yang paling ramaaaaah!

Trus Asians. Saya ngga terlalu kesulitan nyari temen di Asia. Uzbekistan, The Philippines, Thai, Vietnam, China, Japan, Korea, Malaysia, Brunnei.
Pokoknya kalo sesama Asia mungkn lebih mudah buat bond a friendship.
Dari Uzbek saya nemu satu cowok yang rada show-off, tapi ramah dan open-minded. Namanya Jav, dan mukanya Chinese banget. Dia ngakunya ngga ada darah Chinese, dan tulen Uzbek.
Pertama kali denger kata Uzbek, saya membayangkan negara dengan perempuan-perempuannya yang cantik.
Mungkin kalo di 'Merica, ada Latina Girls yang juga cantik-cantik.
Jav sangat baik dalam berbahasa ingglisy. Saya banyak belajar dari dia tentang bahasa ingglisy. Terakhir saya tahu ternyata dia kuliahnya ngambil Philology of English. Pantes lah ya ingglisy nya rada-rada expert gitu.
Moodnya sangat cepat berubah. Sekarang bersemangat cerita, 20 menit kemudia dia sudah kehilangan moodnya. Namun, hal itu tidak menghalangi saya dan dia mengenal satu sama lain.
Cerita lebih banyak berasal dari dia. Saya lebih dominan sebagai pendengar, yang baik.

Di Filipina saya punya Jeff.
Kuya satu itu hobinya ekstrim banget. Suka melihara predator, dan berbagai binatang mengerikan lainnya; ular, kadal, tokek, kalajengking, tarantula, dan masih banyak lagi.

Dari China, Macau, dan Hongkong saya punya temen, York, Jeffrey, dan Ali.
Mereka semua enak diajak ngobrol tentang hal apapun. Easy going, dan kita sering bertukar cerita.
Jeffrey will be in Indonesia this July or December. At least, that was he said to me.
Semoga saja saya bisa bertemu dengan Jeff.

Di Malaysia ada si Ekel, yang saya kenal beberapa tahun yang lalu. Dia lahirnya di Indonesia, tapi kuliah di Malaysia.
We always have things to talk about, dan kalo udah video call bisa berjam-jam sampe tengah malam, pernah juga sampai jam 3 subuh.
Padahal cuma ketawa-ketiwi doang di depan layar, tapi tetep asik.
Kalo chat apalagi, makin menggila.
Kita bisa ngomongin banyak hal. Mungkin karena kita menggunakan Bahasa Indonesia, jadi lebih konek.
Dia memang supel, semua cerita selalu berawal dari dia.
Tentang sekolah, kuliah, dan pacar.
And I like him.

Yang terakhir dari Brunnei ada Imi. Saya memanggil dia adik karena umurnya yang baru 16 tahun. Badannya besar sekali.
Namun, saya suka ketika dia bercerita tentang hari-harinya di sekolah.
Dia terkadang suka trolling.

Di Jepang ada si Jime yang rada-rada intropert, tapi kadang bisa sangat hyper-talk kalo dia lagi bosen.
Tampangnya lucu; rambut ikal, badan kurus, dan gigi-gigi kelinci yang rada maju. Kerjaannya ketawa melulu, sampe saya terkadang ngga ngerti dia lagi ngomong apa.

Trus, ada Sumin sama Dera dari Korea. Pasang kekasih ini sudah saya anggap kakak sendiri.
Sumin lebih sensitif dari Dera, padahal dia yang cowoknya. Sering banget curhat tentang Dera dan rencana mereka buat nikah.
Menghabiskan waktu setiap minggu bersama, entah belajar bareng atau pergi ke cafe.
Especially for Japan and Korea, saya rada kesulitan nemu orang-orang yang bisa diajak ngobrol. Mungkin karena mereka ngga terlalu ngerti ingglisy, atau memang karena mereka tertutup.
Berharap sih bisa nemu temen dari Korea Utara, which is impossible. Muahahahahah....
Namun, yasudahlahya, yang penting saya nemu beberapa orang yang nyambung kalo diajak ngobrol.
Dan dari seluruh Asians itu, saya paling deket sama Sumin, Jeff and Ekel.
Mereka itu semacam kakak-kakak yang lucu buat saya.
Apalagi Sumin, pemalu banget tapi bisa dengan sangat berapi-api bercerita tentang Dera dan keseharian doi yang katanya agak-agak membosankan.

Berpindah ke Benua lain, Eropah!
Ada Lissa dari UK.
Sahabat pertama saya dari Eropah, terutama UK.
Saya rasa kebanyakan orang UK itu kaku BANGET!
Orang Eropah deh pokoknya.
KAKU!
Kalo saya bilang sombong, mungkin salah.
Karena, toh, akhirnya saya bisa sangat dekat dengan Lissa.
Jadi, saya menyimpulkan bahwa orang-orang Eropah itu kaku banget yang akhirnya bikin mereka kayak orang-orang sombong yang arrogant.
Padahl, ngga. Mungkin juga iya.
Adadeh saya nemu beberapa yang memang bener-bener arrogant yang mana sangat saya benci.
Saya tidak suka orang arrogant, padahal saya tahu berlaku sombong dan arrogant itu adalah hak mereka.
Dan, tidak menyukai orang arrogant adalah hak saya.
Jadi, masing-masing kita memiliki hak.
Go on with your rights, guys!

Lissa, pada awalnya memang suka sekali dengan orang Asia. Dia suka dengan keramahan orang Asia, dan dia ingin memiliki pasangan hidup dari Asia.
Motivasi ini yang membuat saya dan Lissa tidak terlalu sulit untuk berkomunikasi dan mengerti satu sama lain. Meskipun, suatu waktu dia bisa sangat kaku dan percakapan kami menggantung, lalu terhenti.
Eropah adalah benua idaman saya, terutama London dan Yunani.
Saya sudah memiliki Lissa, tapi sangat sulit mendapatkan teman dari Yunani.
Entahlah, sampai sekarang saya belum menemukan kesempatan untuk berteman dengan Greek.
Ayolah, doakan saya supaya bisa menemukan seorang Yunani yang bisa menjadi sahabat saya. Seakrab hubungan saya dengan Lissa.

Kemudian, mari kita menjelajah Ostrali sama Africa.
Saya tidak menemukan teman di Ostrali. Entahlah!
Saya tidak mengerti. Setiap kali saya mencari Ostralian pipel, selalu saja nihil.
Bukan karena mereka ngga melek internet, mungkin mereka malah sophisticated sekali.
Saya aja ngga ngerti kenapa sampe sekarang belum nemu bule Ostrali yang mau dijadiin temen. Mungkin karena saya jarang 'berkunjung' dan 'menjelajahi' Ostrali, jadi saya susah nemu orang-orang sana.
Mungkin bisa dibilang kalo saya belum berjodoh dengan Ostralian pipel.

Trus, ada benua Afrika. Kalo ngga salah tetangga benua Asia, ya?

"Dih! Sok tahu deeh! Asia-Afrika dihubungkan (atau dipisahkan?) oleh Isthmus of Suez, Princess. Trus Egypt juga sebagai negara transkontinental. Jadi, sebagian Egypt ada di Asia, sebagian lagi ada di Afrika. Keren, ngga tuh? Kebagi-bagi."

Masa sih? Kok saya baru tahu?
Kayaknya dulu pas pelajaran Geografi saya bolos mulu sampe ngga tahu tentang hal ini.
Mak, Pak, daku menyesal. Kuciwa daku, kuciwa pada diri sendiri.
Maafkan Adinda, wahai Ayahanda dan Ibunda.

Okaydeh! Jadi, balik lagi ke Benua Afrika yang dihubungkan (atau dipisahkan?) oleh Isthmus of Suez dengan Asia. Di Benua yang dikenal sebagai negara orang kulit hitam ini, saya nemu satu temen dari Morocco. Saya biasa manggil dia Mar.
Mar ini pinter, nilainya juga bagus-bagus di sekolah tapi kadang he is easily to be fooled. Bukan dibodohin yang gimana-gimana juga, tapi dia ini ngga tegaan, dan sensitif banget.
Apapun yang dibicarain akhirnya pasti main perasaan. Malah kadang dia yang suka ngambek sendiri kalo ada kata-kata saya yang ngga sesuai sama perasaan dia.
Saya sih awalnya rada ke distracted gitu sama sifat Mar ini, tapi lama-lama saya bisa berdamai dengan segala sifat dia yang kadang bisa bikin ngakak, kadang juga bikin kesel.
Saya hampir mengira dia homo, lalu kemudian dia ngomong kayak gini, “Aku lagi fokus kuliah, lagi fokus ngerjain skripsi. Ngga mikirin tentang pacaran. Lagian habis lulus kuliah, aku mau langsung cari kerja. Kalo udah dapet kerja, aku mau langsung nyari bini. Lebih baik yang halal, daripada pacaran-pacaran ngga karuan.”

Etdah, padahal saya sih tahu aja dia kerjaannya main games di facebook. Mungkin lebih banyak main-mainnya, daripada belajarnya. Namun, kebanyakan dari orang jenius memang sedikit belajar yang bener-bener baca buku. Otak cemerlang yang selalu bisa jawab soal test dengan nilai tinggi tanpa banyak belajar memang anugerah.
Dan semenjak HP si Mar rusak total, kita jadi jarang berhubungan. Biasanya sih kalo dia yang kangen sama saya, dia yang nge-message saya duluan di facebook.
*Iya, saya memang ngangenin*
Pesan si Mar di facebook juga jarang banget saya bales. Facebook saya sekarang sudah tidak terjamah lagi. Dulu aja, lagi jaman-jamannya twitter belum booming, facebook adalah teman setia saya. Setiap hari akan ada sampah-sampah saya bertebaran di timeline temen-temen facebook saya. Eh, sekarang malah ngga gitu lagi. Twitter pun sudah tidak terlalu apdet.
Akhirnya, saya dan Mar agak-agak kehilangan koneksi satu sama lain karena media yang menghubungkan kami dulu sudah rusak.
Namun, untuk tetap menjaga tali persaudaraan sesama makhluk hidup, kurang lebih sebulan sekali saya message di facebook dia menanyakan kabar.
Ah! Mar, tiba-tiba saya kangen debat sama kamu. Ngetawain wajah kamu yang cemberut, dan betapa sentimen serta sensitifnya dirimu.
Cepat perbaiki handphone dan komputer mu, agar kita bisa terkoneksi lagi.

Terkahir, benua Antartika. Saya memiliki sahabat karib yang tinggal di Antartika. Namun, karena masalah jaringan dan berbagai hal, akhirnya kami mengakhiri hubungan persahabatan kami yang terbina bertahun-tahun lamanya, dan memutuskan untuk menjalani kehidupan masing-masing sesuai dengan kodrat yang telah ditentukan.
Cau, Berry! Semoga kita bertemu di dunia lain.


Yah, andai budget liburan ke luar negri itu murah meriah kayak harga kacang, mungkin saya sudah mengunjungi seluruh teman saya yang ada di berbagai negara itu.
Sounds sooo good!

Namun, saya tetap menggenggam mimpi saya. Entah kapan, tapi saya yakin bahwa suatu hari saya akan mengelilingi dunia.
Amin...

 
Sebenarnya saya ingin cerita lebih banyak lagi tentang hubungan benang pertemenan antara saya dan orang-orang luar yang unik-unik itu, tapi karena tangan dan jari jemari ini sungguh pegal, jadi saya pending dulu kisahnya dan cukup bagi kalian untuk membaca sampah tidak penting ini sampai segini aja.

Note : Harap maklum jika di awal-awal saya begitu bersemangat menulis dan hampir setiap hari tulisan saya nampang di blog ini. Percayalah! Itu hanya semangat sementara yang berkobar begitu membara. Dua minggu setelah ini mungkin postingan saya akan begitu jarang terdisplay di blog ini. Mungkin beberapa bulan sekali baru akan menulis.
Namun, saya juga tidak bisa memastikan kapan semangat ini akan pudar, kapan akan membara kembali. Yah, doakan saja semoga semangat menulis saya terus berkobar!

“Hoaahmmm… Udah selesai ya ceritanya? Duh, kita ketiduran. Sorry banget yah! Abis ceritanya panjang bener, ngebosenin lagi!”

Bener-bener sialan!

No comments:

Post a Comment